Thursday, May 7, 2020

Gelegar Gunung Anak Krakatau dan Tsunami yang Masih Mengintai

Aktivitas Gunung Anak Krakatau dari udara yang terus mengalami erupsi, Minggu (23/12).

Jakarta - Tiga hari pasca-tsunami, trauma masih menghantui masyarakat di pesisir Selat Sunda. Rabu dini hari, 26 Desember 2018, ratusan warga di pesisir Teluk Lampung dilanda panik. Mereka cepat-cepat mengungsi, naik tunggangan hingga berlari menembus gelap. Kala itu, ada fakta mengkhawatirkan: tsunami Selat Sunda syahdan akan balik menerjang dalam hitungan mnt.

Posko pengungsian di Balai Keratun, Kantor Gubernur Lampung, yg berada di dataran tinggi & jauh menurut pantai pun balik penuh.

"Saya pulang lagi, lantaran mendengar kabar nanti malam terdapat tsunami jam 01.00 WIB makanya aku balik lagi mengungsi," istilah Putri, pengungsi dari Kotakarang, Telukbetung, Bandarlampung, Rabu (26/12/2018).

Pada Sabtu 22 Desember 2018 malam, usai tsunami menerjang pesisir Selat Sunda, Putri jua mengungsi di sana.

"Jika sudah aman aku dan famili akan pergi lagi ke tempat tinggal . Karena lebih nyaman tidur pada rumah," istilah Putri, yang rumahnya berjarak kurang lebih 500 meter menurut pinggir pantai.

Bagi para penyintas, suara ombak & angin yg dulunya biasa sekarang mampu bikin bulu kuduk berdiri.

Kabar tsunami susulan tersebut menyebar menurut verbal ke mulut & pesan singkat yg dibagikan melalui telepon seluler. Banyak yang eksklusif percaya, akan tetapi terdapat jua yang skeptis. Namun, menjadi langkah pencegahan, rakyat tetap ramai-ramai mengungsi.

Masyarakat di pesisir Carita sampai Labuan, Banten jua sempat pada dikagetkan menggunakan naiknya bagian atas air bahari sampai meluber ke daratan atau rob Selasa kemudian. Mereka awalnya menerka, itu merupakan tsunami susulan.

Ternyata fakta tsunami saat itu tak benar. Warga memang harus siap siaga, menjauhi bibir pantai, dan mempersiapkan mitigasi. Di sisi lain, mereka juga diminta mencurigai hoaks.

"Misalnya di Labuan, banyak yang hampir kecelakaan (lantaran hoaks)," ujar Kepala Operasional Basarnas Banten, Heru saat dihubungi Liputan6.Com.

Tsunami yg terjadi Sabtu malam 22 Desember 2018 memang tidak biasa. Tak terdapat gempa yg mengawali, tanpa peringatan apapun. Akibatnya fatal, setidaknya 430 orang mati pada Banten & Lampung.

Aktivitas Anak Krakatau diyakini menjadi penyebabnya. Longsor terjadi pada gunung yg miring itu, mengakibatkan perpindahan air bahari dan memicu gelombang tsunami.

Dan, sampai sekarang Anak Krakatau belum berhenti erupsi dan terus memperbesar dirinya. Tingginya ketika ini mencapai lebih dari 338 meter, nyaris setengah berdasarkan ketinggian 'induknya' yang mencapai 813 meter waktu meledakkan diri dalam tahun 1883.

Pertanyaannya, apakah aktivitas Anak Krakatau bisa balik memicu tsunami pada Selat Sunda?

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengaku, pihaknya belum sanggup memastikan apakah tsunami akan berulang.

Yang jelas, peristiwa Sabtu malam sebagai pelajaran bahwa kewaspadaan perlu ditingkatkan karena Gunung Anak Krakatau masih aktif.

"Ada potensi yang pasti. Pertama, Gunung Anak Krakatau itu masih aktif, yg kedua sampai sekaranggetaran tremor juga masih tercatat, pula itu memperlihatkan aktifnya Krakatau," istilah Rahmat kepada Liputan6.Com, Rabu (26/12/2018).

Rahmat menambahkan, diprediksi masih ada terdapat material bongkahan lereng Anak Gunung Krakatau yang belum longsor & masih berpotensi kolaps.

"Kalau terjadi sanggup mengakibatkan runtuhan & masih bisa menimbulkan tsunami," tambah dia.

BMKG meminta masyarakat menjauhi pantai buat sementara ini. Apalagi, gelombang sedang tinggi. "Ya enggak terdapat salahnya jika menjauh, tapi bukan berarti evakuasi," kata Rahmat.

Berapa jarak kondusif supaya terhindar dari potensi tsunami? Menurut beliau, itu tergantung morfologi pantai. "Kalau pada tebing, tentunya tinggi dan kondusif," istilah Rahmat. "Kalau datar ya bahaya. Intinya begitu."

Featured Post

Trump Opens Negotiations with China

🦅 Trump Opens Negotiations with China, Rupiah Strengthens to 16,173 Photo by: Stockbit Snips Daily Market Performance 🚀 IHSG: 7,166 (-0.92...